Jumat, 04 Oktober 2013

MAKALAH MASA PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM

Tugas Kelompok       

MASA PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM


DISUSUN OLEH
KELAS E
KELOMPOK 2:
AYU NURUL IZZATI : 1311040224
DEWI RUMAIDAH : 1311040225
EMI SILSILAWATI : 1311040223
Dosen : Widiasari, MA

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS (PBI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
2013

PEMBAHASAN :
Yang dimaksud masa pembinaan pendidikan islam adalah masa dimana proses penurunan ajaran islam kepada Nabi Muhammad SAW dan proses pembudayaannya (masuknya ke dalam kebudayaan manusiawi sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu kedalam kebudayaan manusia). Masa tersebut berlangsung sejak Muhammad menerima pengangkatannya sebagai Rosul sampai dengan lengkap dan sempurnanya agama Islam menjadi warisan budaya umat islam sepeninggal nabi Muhammad SAW,
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
  1. Periode Makkah
  2. Periode Madinah
Pendidikan islam di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M .Dalam wahyu itu terdapat ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua terdapat ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam. kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendidikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam. disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.[1][1]
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.[2][2]
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
1.      Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2.      Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.


3.      Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4.      Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[3][3]
      Tahap Pendidikan Islam Pada Fase Makkah
a.      Tahap Rahasia dan Perorangan
b.      Tahap Terang-Terangan.
c.       Tahap untuk Umum
  Lembaga Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah, ada dua macam/tempat, yaitu: Rumah Arqam ibnu Arqam dan Kuttab. Kuttab adalah lembaga pendidikan tingkat dasar.
 Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua, yaitu:
a.       Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim. Kuttab jenis ini merupakan lembaga pendidikan yang dasar yang hanya mengajarkan baca tulis.
b.      Sebagai pengajaran Al-Quran dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks Al-Quran pada jenis kuttab ini setelah qurra dan huffiazh (ahli bacaan dan penghafal Al-Quran telah banyak). Guru yang mengajarkannya adalah dari ummat Islam sendiri.
3.      Materi dan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah di Makkah adalah Al-Quran, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam saat itu.karena itu dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan pragmatis.
Pada fase Makkah terdapat tiga macam inti sari materi pelajaran yang diberikan di Makkah: yaitu keimanan, ibadah, dan akhlak.
Pendidikan keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman kepada Allah Yang Maha Esa, beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah, diwahyukan kepadanya Al-Quran sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat manusia.
Pendidikan ibadah yang diperintahkan di Makkah adalah shalat, sebagai pernyataan mengabdi kepada Allah, ungkapan syukur, membersihkan jiwa dan menghubungkan hati kepada Allah.
Pendidikan akhlak, Nabi mengajarkan penduduk Makkah yang telah masuk Islam agar melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil, menepati janji, pemaaf, tawakal, bersyukur atas nikmat Allah, tolong menolong, berbuat baik kepada ibu bapak, memberi makan orang miskin dan orang musafir dan meninggalkan akhlak yang buruk.
4.      Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabatnya antara lain:
a.       Metode ceramah,.
b.      Dialog
c.       Diskusi atau tanya jawab;
d.      Metode perumpamaan
e.       Metode kisah,
 f.       Metode pembiasaan,
g.      Metode hafalan
Pendidikan Islam di Madinah
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
      1.      Lembaga Pendidikan Islam
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin, untuk secara bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat.
      2.      Materi Pendidikan Islam di Madinah
Materi pendidikan yang diberikan pada fase Madinah adalah:
       a.       Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin.
       b.      Pendidikan kesejahteraan sosial.
       c.       Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
       d.      Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah dengan cara mengkikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara berkerja, menjalin kerjasama dan saling tolong menolong, dan menggunakan media komunikasi berdasarkan wahyu.
3.      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia
Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi.
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, karena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat islam terbentuk di Madinah , barulah pendidikan islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
      a.       Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
       b.      Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam.   Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai. [4][7]
  1. Evaluasi Pendidikan
Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan Rasulullah sering mengevaluasi hafalan para sabahat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Al-Quran dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.
Di samping itu menguji pemahaman sahabat tentang ajaran agama, Rasulullah juga dievaluasi oleh Allah melalui malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan Malaikat Jibril kepada Nabi SAW ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majelis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam dan jawaban Nabi selalu dibenarkan oleh Malaikat Jibril.[5][8]
       KESIMPULAN
  • Periode kota Makkah: Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
  • Periode kota Madinah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

Perbedaan Pendidikan Islam Pada Masa Rasul dengan Pendidikan Sekarang
Perbedaan pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw dengan pendidikan yang terjadi pada masa sekarang ini adalah pada masa Rasulullah, Rasulullah menyuruh para sahabat untuk menghafal terlebih dahulu, baru kemudian mencatatnya jika telah benar. Tetapi yang terjadi pada masa sekarang, kebanyakan guru menyuruh mencatat terlebih dahulu, kemudian baru menghafalnya.
Hal ini terdapat perbedaan yang menonjol sekali dalam masalah pemahaman terhadap materi pelajaran karena pada masa Rasulullah, sahabat disuruh mencatat karena mereka telah menghafal dan memahaminya dengan baik. Tetapi pada masa sekarang, peserta didik tidak mengerti dan paham dengan apa yang ditulisnya apalagi disuruh untuk menghafal


[1][1]  Mahmud Yunus. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. H. 6
[2][2]  Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008. Hal
28
[3][3]  Ibid. hal.27
[4][7] .Abuddin Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Pres

1 komentar: